andai saja, Matahari adalah masalah…
kehadiranya sesungguhnya adalah rahmat yang menjadi kiamat.
lalu- apa yang akan kita lakukan, jika setiap saat yang beradikan detik menit dan jam matahari akan selalu menatap kita dengan ketajaman sinarnya.
kemana kita akan pergi?

jika saja tatap tajamnya selalu ada dalam teorema kehidupan kita.
apakah kita akan bertutup muka?
akankah kita mengadu dengan merengek nangis pada sang kuasa saat itu juga?
Ingat, sang kuasa takan peduli kita jika kita meminta dan memohon kepadanya dengan rengkekan cengeng tanpa didasari usaha.
Ia hanya akan menyeruput setitik tinta warna yang akan dijadikan tali bagimu lagi untuk mengulang bagaimana kamu harus berjalan.

siapkah kita menghadapinya dengan membalikan aksioma yang kita miliki.